Anda ingin beramal?, satu klik anda sangat berharga bagi kami, silakan klik iklanSittidibawah ini, setelah itu bagikan artikel ini, terimakasih kami ucapkan kepada anda
TAUHIDULLAH
TAUHIDULLAH DIDALAM KEHIDUPAN MANUSIA
SEBAGAI MAKHLUK BERAGAMA
Oleh: Abdul Ghani
Segala puji hanya bagi Allah yang tiada Tuhan selain Allah, sholawat dan salam untuk nabi Muhammad Shallahu’Alaihi Wasallam.
Antara manusia, kehidupan dan agama (keyakinan) adalah tiga objek yang paling penting dalam semua pembahasan, yang akan selalu menjadi hot topic dalam kajian akal dan tidak bisa tidak manusia berakal tidak akan pernah bisa terlepas dari pembahasan ini. Bahkan bukan sekedar menjadi pembahasan, akan tetapi melebihi dari itu, manusia akan selalu berusaha membuka tabir dibalik tiga aspek tersebut untuk mencapai sebuah tujuan yang disebut dengan: “As-sa’adah” atau kebahagian. Disaat manusia mencoba untuk melupakan salah satu tiga aspek tersebut secara otomatis manusia tersebut akan terhindar dari yang namanya kebahagian.
Berbicara tentang kebahagiaan, memang para pakar berbeda-beda dalam mendefenisikan kebahagian tersebut, para Filosof materialis mengatakan bahwa kebahagian ada pada manusia ketika seorang manusia itu sempurna dari segi fisik, dengan kata lain, manusia cacat adalah manusia yang tidak memperoleh kebahagian sama sekali di dalam hidupnya. Alfarabi sebagai seorang Filosof muslim menganggap bahwa kebahagian adalah ketika manusia memperoleh sesuatu yang pantas ketika memang disaat itu dia pantas mendapatkannya. Sebagai contoh ketika seorang manusia merasakan lapar, maka makananlah yang dibutuhkan oleh manusia disaat itu. Memperoleh makanan ketika itu menjadi kebahagian bagi manusia yang lapar. Namun, yang mesti diketahui, bahwa ulama dan filosof muslim sepakat mengatakan bahwa kebahagian seorang mukmin adalah ketika seorang mukmin sampai kepada ma’rifatullah haqqa ma’rifatih (memperoleh pengetahuan akan allah dengan segala keyakinan).
Dapat disimpulkan dari dua paragraf di atas bahwa ma’rifatullah tidak bisa diperoleh manusia kecuali dengan memahami akan tiga aspek yang tertulis di atas (manusia, kehidupan dan agama). Sengaja digunakan kata-kata “memahami” dengan maksud memahami mengandung makna melebihi dari sekedar membahas dan setelah pembahasan selesai tinggallah pembahasan dengan bahasannya. Memahami adalah kata yang tidak sempurna dari segi makna jika tanpa amalan.
Alquran sebagai pedoman hidup manusia mendidik manusia untuk mengiringi pengetahuan dengan perbuatan, Allah berfirman: الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ “Orang-orang yang beriman dan melakukan amal baik…” ada banyak ayat di dalam Alquran yang Allah menyebutkan amalan setelah iman sebagai pengetahuan. Demikian Allah mengajarkan manusia untuk beramal setelah berilmu atau beramal dengan ilmu. Nabi pun juga mendidik umatnya untuk beramal sehingga ilmu itu bermanfaat dengan amalan.
Manusia, kehidupan dan agama sebagai pokok pembahasan yang tidak terhenti hanya sampai batas membahas dan mengetahui, namun berkelanjutan dengan pengamalan dari hasil pembahasan tersebut yang akan menyampaikan manusia kepada titik kebahagian.
Apa itu manusia? Darimana manusia berasal? Apa tujuan manusia itu ada? Semua pertanyaan tentang manusia dapat dijawab oleh akal manusia, tapi apakah semua jawaban tersebut benar dan sesuai dengan apa yang semestinya?. Jawaban yang benar pasti mempunyai landasan, apakah landasan dari jawaban yang benar tersebut, yang bisa menjadi titik tolak untuk sebuah jawaban yang benar? Apa itu kehidupan? Apa hubungan antara kehidupan dengan manusia dan agama atau keyakinan?
Semua pertanyaan tersebut terlihat sederhana, namun bermakna yang begitu dalam jika dikaitkan dengan pembahasan kebahagian. Jawaban dari semua pertanyaan tersebut tidak mesti dicari karena memang bukan sesuatu yang hilang sehingga harus dicari, namun jawaban sudah ada didalam diri manusia yang manusia kebanyakan tidak menyadari sehingga merasa mesti mencari.
Berfikir adalah jawaban yang tepat untuk semua pertanyaan tersebut. Manusia adalah makhluk yang dianugerahi akal untuk berfikir, kehidupan tidak bisa terlepas dari fikiran, agama dan keyakinan menjadi dua sisi mata uang dengan manusia. Firman Allah didalam Alquran bergitu banyak mengatakan “Afala ta’qilun?” tidakkah engkau berfikir?
Lebih ringkas lagi dapat disimpulkan bahwa manusia, kehidupan dan agama adalah satu, mungkin kita pernah menganggap agama adalah sesuatu yang harus dicari dan dimasukkan kedalam diri. Namun kenyataannya bukan begitu, bahwa agama adalah sesuatu yang memang telah ada bersama manusia, disaat manusia memperoleh kehidupan disaat itu juga agama sudah ada beserta kehidupan manusia tersebut. Sedikit membingungkan memang, untuk lebih bisa tergambarnya kita mesti memahami apa itu agama.
Agama atau didalam bahasa arab disebut dengan “Ad-din”, ulama mendefenisikan ad-din adalah;
- “Segala bentuk perintah dari Allah yang diturunkan melalui penyampai risalah yaitu nabiNya yang berbentuk hukum-hukum”.
Ada juga ulama yang mendefenisikan Ad-din adalah;
- ”ketetapan Tuhan yang diperuntukkan kepada manusia yang memiliki akal yang sehat, sesuai dengan ikhtiar manusia yang membawa kepada kebaikan bagi manusia itu sendiri”
- “Segala bentuk perintah dari Allah yang diturunkan melalui penyampai risalah yaitu nabiNya yang berbentuk hukum-hukum”.
Ada juga ulama yang mendefenisikan Ad-din adalah;
- ”ketetapan Tuhan yang diperuntukkan kepada manusia yang memiliki akal yang sehat, sesuai dengan ikhtiar manusia yang membawa kepada kebaikan bagi manusia itu sendiri”
Dari kedua defenisi diatas dapat disimpulkan menjadi satu defenisi;
“Bahwa agama adalah hukum-hukum yang ditetapkan Allah untuk hamba-hambaNya, yang akan membawa para hamba kepada kebaikan yang sebenarnya”.
“Bahwa agama adalah hukum-hukum yang ditetapkan Allah untuk hamba-hambaNya, yang akan membawa para hamba kepada kebaikan yang sebenarnya”.
Namun, agama seperti apakah yang dimaksudkan dengan unsur yang telah ada bersama keberadaan manusia? Apakah semua agama? Ataukah beberapa dari sekian banyak agama yang diyakini oleh manusia?
Pada hakikatnya, manusia bagaimanapun bentuk dan dimanapun tempatnya pasti akan merasakan fitrah yang telah ada pada dirinya, karena memang agama bukanlah sesuatu yang baru bagi jiwa manusia melainkan unsur yang menyatu dengan manusia itu sendiri.
“Pada hari ini telah aku sempurnakan bagi kalian din ( agama ) kalian, dan telah aku cukupkan bagi kalian nikmat-nikmat Aku dan telah Aku redhai islam sebagai din ( agama )”. Demikian firman Allah, yang dengan jelas mengataka bahwa agama yang diridhai Allah hanyalah islam. Islamlah yang dimaksudkan dengan unsur yang ada pada diri manusia. Bukan berarti rasis yang mengarah kepada makna negatif saat kita mengatakan bahwa islam-lah agama yang benar. Akan tetapi itulah fakta yang terasa jika islam dikaji secara objektif dan diamalkan dengan benar.
Apa itu islam? Islam adalah istislamulwajhi ilallah (menyerahkan diri hanya kepada Allah), menyerahkan diri hanya kepada Allah hanya akan bisa tercapai dengan satu jalan yaitu keyakinan penuh kepada Allah, atau bisa disebut dengan iman.
Kemudian, apa itu iman? Iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lidah dan dipraktekan melalui amalan.
Kemudian, apa itu iman? Iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lidah dan dipraktekan melalui amalan.
Secara mendasar, itulah cakupan dari agama. Yang sifatnya adalah keyakinan bukan pemaksaan akan tetapi kebutuhan manusia yang disediakan Allah untuk hambaNya. Kehidupan dunia jika ditelusuri, akan didapati semuanya saling berkaitan antara aspek dengan aspek lain didalam kehidupan. Bersumber dari satu dan kembali kepada yang satu.
Setelah kita mengetahui dan memahami apa hakikat kita sebagai manusia, apa itu kehidupan dan kaitannya dengan din (agama), apa itu iman dan islam. Langkah selanjutnya yang merupakan tujuan dari sebuah kehidupan adalah ma’rifatullah (pengetahuan akan Allah), dasar dari ma’rifatullah adalah tauhidullah peng-esaan Allah.
Allah itu satu, bukan dua ataupun tiga apalagi lebih dari itu. Didalam Alquran dapat kita temukan firman Allah لَوْ كَانَ فِيهِمَا آلِهَةٌ إِلا اللَّهُ لَفَسَدَتَا “Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa.” akal yang sehat pun akan membenarkan hal tersebut. Jika ada dua Tuhan, maka kedua Tuhan tersebut mempunyai kuasa yang sama dan keinginan yang berbeda pastinya alam akan hancur karena perebutan kekuasaan dua Tuhan, jika tidak demikian halnya, kemungkinan kedua Tuhan tersebut akan berperang untuk meraih kekuasaan penuh, secara otomatis akan ada yang kalah dan akan ada yang menang, seandainya begitu keadaannya berarti Tuhan yang kalah bukanlah Tuhan karena Tuhan adalah zat yang tidak mempunyai kekurangan dan kelemahannya. Demikian keadaannya jika ada dua Tuhan apalagi ada tiga Tuhan atau lebih.
Allah esa dengan zatNya dan sifat-sifatNya, Allah esa dengan segala kekuasaanNya terhadap makhluk-makhlukNya. Semua itu dapat kita temukan dalam satu cabang ilmu, yaitu ilmu tauhid ataupun ilmu kalam.
Tauhid sebagai sebuah cabang ilmu, mempunyai tiga pembahasan:
- Ilahiyat : pembahasan yang berkaitan dengan ketuhanan.
- Nubuwwat : pembahasan yang berkaitan dengan kenabian.
- Sam’iyat : pembahasan yang tidak bisa ditetapkan kecuali dengan dalil sam’I yaitu alquran dan hadits, seperti perkara surga dan neraka, hari berbangkit, nikmat dan siksa kubur dan lain sebagainya.
Yang semua pembahasannya itu tidak bisa terlepas satu sama lainnya, dan kembali kepada satu pokok atau tujuan akhir dari keberadaan makhluk dialam ini, yaitu tauhidullah (peng-esaan Allah). Ke-esaan Allah yang dibahas didalam sebuah cabang ilmu yang kita sebut dengan ilmu tauhid bukanlah suatu ilmu yang diakal-akali atau dibuat-buat sehingga menjadi terlihat begitu penting dan begitu istimewa. Akan tetapi memang sesuatu yang mesti masuk akal dengan segala kebenarannya. Yang dengannya manusia bisa terhindar dari penyelewengan akidah menuju kesyirikan dan akan mengantar manusia agar sampai ke terminal akhir kebahagian yaitu ma’rifatullah.
Ilmu tauhid jika dipandang dari segi hukum mempelajarinya, para ulama Ahlu As-sunnah wal jama’ah sepakat menetapkan bahwa hukumnya adalah wajib ‘ain atau wajib bagi setiap individu untuk mengetahuinya ataupun mempelajarinya, bagaimana tidak, orang yang mengaku adalah makhluk ber-Tuhan dan beragama tidak mengetahui akan Allah yang merupakan Tuhan sekalian alam.
Setelah dibahas panjang lebar mengenai manusia, kehidupan dan agama dan pembahasan-pembahasan lain yang disinggung di paragraf-paragraf sebelumnya dengan semua keterkaitan satu dan lainnya, mungkin bisa dianggap sebagai pembukaan pemahaman akan urgensi sebuah ilmu tauhid dalam kehidupan manusia. Semoga kesadaran akan pentingnya ilmu tauhid dan tauhid itu sendiri, kita semua sebagai mukmin bisa lebih menyadari dan memahami akan makna iman yang hakiki.
Wallahu’alam bisshawab
Allahumma arinalhaqqa haqqan warzuqnattiba’ah wa arinalbathila bathilan warzuqnajtinabah.amin.